DINDING GEWEL
PENGERTIAN DINDING GEWEL
Gewel adalah sistem rangka atap yang menggunakan dinding menggunakan pasangan bata sebagai pengganti kuda-kuda kayu.
Susunan bata ini diteruskan dari dinding di bawahnya (setelah diberi
ring balk) hingga menuju ke bagian rangka atap, yang disebut gording,
usuk, reng dan penutup atapnya yang biasanya menggunakan genteng. Sistem
gewel ini sebenarnya bukan unsur arsitektur atap nusantara, melainkan
diadaptasi dari arsitektur Belanda dan arsitektur Cina. Tetapi saat ini
telah menjadi bagian dari arsitektur atap di Indonesia.
Yang menjadi kelebihan sistem atap gewel ini adalah kekuatan, keawetan
dan peluangnya untuk memberi elemen pada tampilan tampak bangunan ruko
tersebut.
Tentu, ini tidak berarti bahwa konstruksi kuda-kuda kayu tidak layak
lagi dipakai. Sebagai kuda-kuda, gewel sebenarnya berfungsi sebagai
pemikul beban atap. Dengan memahami fungsi gewel, kita akan melihat
bahwa bentukan segitiga yang dipakai di bagian atas ruko tersebut tidak
lebih dari sekedar tempelan.
Pertanyaannya, masih layakkah yang demikian itu disebut seni arsitektur ?
Pemakaian gewel mainan tersebut dapat digolongkan sebagai ‘camp’ dimana
gewel dimana gewel dikemas sebagai model estetisme, bukan dalam
pengertian keindahan tetapi dalam pengertian penggayaan (stylization).
Penekanannya terletak pada dekorasi, permukaan sensual dan gaya yang mengorbankan isi.
Mungkin hanya dengan konteks dan perspektif estetika postmodern lah gewel dalam arsitektur atap ini bisa dipahami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar