Jumat, 27 November 2015

DINDING GEWEL

PENGERTIAN DINDING GEWEL

Gewel adalah sistem rangka atap yang menggunakan dinding menggunakan pasangan bata sebagai pengganti kuda-kuda kayu.

Susunan bata ini diteruskan dari dinding di bawahnya (setelah diberi ring balk) hingga menuju ke bagian rangka atap, yang disebut gording, usuk, reng dan penutup atapnya yang biasanya menggunakan genteng. Sistem gewel ini sebenarnya bukan unsur arsitektur atap nusantara, melainkan diadaptasi dari arsitektur Belanda dan arsitektur Cina. Tetapi saat ini telah menjadi bagian dari arsitektur atap di Indonesia.

Yang menjadi kelebihan sistem atap gewel ini adalah kekuatan, keawetan dan peluangnya untuk memberi elemen pada tampilan tampak bangunan ruko tersebut.

Tentu, ini tidak berarti bahwa konstruksi kuda-kuda kayu tidak layak lagi dipakai. Sebagai kuda-kuda, gewel sebenarnya berfungsi sebagai pemikul beban atap. Dengan memahami fungsi gewel, kita akan melihat bahwa bentukan segitiga yang dipakai di bagian atas ruko tersebut tidak lebih dari sekedar tempelan. Pertanyaannya, masih layakkah yang demikian itu disebut seni arsitektur ?

Pemakaian gewel mainan tersebut dapat digolongkan sebagai ‘camp’ dimana gewel dimana gewel dikemas sebagai model estetisme, bukan dalam pengertian keindahan tetapi dalam pengertian penggayaan (stylization).

Penekanannya terletak pada dekorasi, permukaan sensual dan gaya yang mengorbankan isi.

Mungkin hanya dengan konteks dan perspektif estetika postmodern lah gewel dalam arsitektur atap ini bisa dipahami.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzatS2n_trRTKJg1dPLpVtoDoaQtUlTp7HPzW1EGPvrZv-EBXmnDDTaDq_MwpIXP6O3mImIAhhBcd-n6jkmPjRYD58R5C2YXI9U-ogZURojbj0ePsqDIe0AQJZtaTX9vWCD_VP88m33HGq/s1600/Desain-12.JPG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar